Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘Budidaya Lengkeng’

Bila anda menjumpai buah kelengkeng yang berukuran besar bisa jadi itu adalah Kelengkeng Pingpong. Kelengkeng Pingpong merupakan jenis kelengkeng yang memiliki ukuran yang cukup besar sehingga dipersamakan dengan bola pingpong. Sebenarnya kelengkeng pingpong bukanlah tanaman asli Indonesia karena berasal dari Vietnam yang dibawa masuk ke Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu. Berbeda dengan kelengkeng lokal Indonesia yang hanya bisa berbuah dengan baik di dataran tinggi, Kelengkeng pingpong bisa tumbuh dan berbuah pada tanah dataran rendah.

Lengkeng varietas Pingpong dan Diamond River ini, menurut Edy Soesanto, dapat ditanam pada iklim basah, agak basah dan sedang, dengan curah hujan antara 1500 mm-3000 mm per tahun. Selain lengkeng Pingpong dan Diamond River, terdapat pula lengkeng varietas lainnya yang dapat beradaptasi pada iklim dataran rendah, yaitu: lengkeng Itoh atau Edaw. Jenis ini lebih dikenal dengan sebutan lengkeng Bangkok Super. Buah kelengkeng pingpong punya ukuran istimewa yaitu sebesar bola pingpong. Kelengkeng varietas pingpong berasal dari Vietnam didaerah sekitar delta sungai Mekong dan Vietnam bagian tenggara dikenal dengan nama Xuongcomvang. Seperti saudaranya kelengkeng jenis Diamond river, Kelengkeng pingpong ini merupakan tanaman asli daerah tropis. Hal inilah yang membedakan dengan Itoh (E-daw) yang merupakan tanaman subtropis. Baca Selengkapnya ….

Read Full Post »

Buah fenomenal merupakan julukan lengkeng dataran rendah. Kehadirannya 2 tahun silam meruntuhkan anggapan lengkeng yang dikira hanya berbuah di dataran tinggi berudara sejuk. Puluhan para pekebun dan hobiis mulai mengebunkan jenis lengkeng dataran rendah di segala penjuru nusantara.

Kelebihan dari lengkeng dataran rendah ialah sifatnya yang genjah. Bibitnya pada umur 16 -20 bulan mulai belajar berbuah. Ternyata pengetahuan tentang lengkeng dataran rendah masih sangat minim.

Penelitian dan pengalaman

Perlu ditegaskan, dari ketiga varietas itu yaitu Diamond River dan Pingpong yang merupakan asli lengkeng dataran rendah tropis, berasal dari Vietnam, lalu dikembangkan di dataran rendah Thailand. Dari Thailand menyebar ke Malaysia kemudian ke Indonesia. Sebaliknya, Itoh bukan asli lengkeng dataran rendah. E daw – sebutan itoh di Thailand adalah lengkeng subtropis. Banyak ditanam di Thailand seperti di Chiangmai dan Lamphun kemudian beradaptasi ke dataran rendah setelah ditanam para pekebun di di Samut Songkhram dan Rayong.

Sifat dan Karakter

Pertama, diamond river (sebutan dari Malaysia). Asli lengkeng dataran rendah, mudah berbuah di Indonesia. Sifat unggulnya pada sosok tanamannya . Percabangan banyak dan produktivitas tinggi. Berbuah sepanjang tahun. Lazim dilihat pohon diamond river bertaburan bunga dan buah. Rasa buah manis, tapi berkualitas rendah. Daging buah tipis, transparan dan becek.

Kedua , pingpong. Sama seperti diamond river mudah berbuah. Buahnya eksotik berukuran jumbo, bahkan beberapa di antaranya benar-benar sebesar bola pingpong. Ukuran buah besar itu diikuti biji besar Kelemahan lain, sifat apical dominance alias pucuk cenderung tumbuh memanjang dan jarang bercabang. Dompolan buah lebat, tetapi karena percabangan yang sedikit, maka total buah pada satu pohon sedikit pula.

Ketiga , itoh. Dibanding kedua varietas sebelumnya, kualitas itoh paling bagus. Bayangkan saja lengkeng impor terbaik yang dibeli di pasar swalayan. Daging buahnya kering, manis, tebal, dan renyah.
Di dataran rendah Thailand dan Malaysia, produktivitas itoh juga tinggi. Sayang, di Indonesia ia sulit berbuah karena teknik membuahkannya belum tepat. Lalu bagaimana?Kalau masih begini terus belum ada satupun dari ketiga varietas itu yang dapat dikebunkan secara komersial.

Peningkatan Kualitas

Teknik penanaman dengan surjan atau bedengan;pemupukan tepat waktu;dan tepat unsur hara dipercaya bisa mengatasi beceknya buah. Pekebun harus rajin mencoba.

Diamond River dengan penanaman pada bedengan yang ditinggikan, maka kelebihan air dapat dibuang. Maka seiring bertambahnya umur buah, daging semakin kering dan biji semakin mengecil. Diamond river cocok ditanam sebagai tabulampot atau tanaman pekarangan karena tajuknya indah dan buah lebat.

Pingpong 1,5 – 2 tahun dari bibit mulai berbunga. Itu luar biasa, Daunnya besar seperti daun jeruk Bali,

Lengkeng Super

Karena dari biji, maka banyak varian pingpong yang muncul. Mulai dari variasi ukuran, warna dan bentuk buah;daun;dan percabangan. Ada tabulampot pingpong yang pendek, kompak dan rimbun. Cabangnya banyak, walaupun daunnya tetap melengkung. buah pingpong berpelat. Warna kulitnya putih kehijauan, bukan cokelat. Diduga 2 – 3 tahun lagi muncul lengkeng super dari indukan pingpong dengan lokal.
itoh harapan saat ini. Itoh-lah yang paling pantas dikebunkan secara komersial. Buah kering, manis, tebal, dan renyah sudah pasti diminati konsumen. Walaupun bukan asli lengkeng dataran rendah bukan berarti tak dapat dibuahkan. Di Thailand pekebun menggunakan KClO3 merangsangnya berbuah.

itoh berumur 1, 5 tahun digelayuti buah walau terlihat agak stres. Bila dibuahkan pada umur 2, 5 tahun dengan percabangan kokoh, maka hasil 10 kg per pohon bukan impian di siang bolong.

Perkembangan Bibit

Bibit lengkeng dalam waktu 1 1/2 – 2 tahun sudah dapat berbuah. Tanaman buah lengkeng ini bersifat tanaman adaptif. Dapat tumbuh di tanah berpasir, lempung, liat, sampai yang berbatu, dan mampu berbuah pada lahan berketinggian 0—400 meter di atas permukaan laut (dpl). Jelas berbeda dengan lengkeng Temanggung atau Batu yang hanya berbuah di dataran tinggi.
Pengembangan lengkeng dikerjakan dengan cara vegetatif, sambung pucuk, okulasi, dan cangkok. Lengkeng termasuk buah yang digemari konsumen walaupun harganya cukup mahal, Rp10.000—Rp20.000 per kg. Dapat dijual secara eceran, sehingga terjangkau oleh masyarakat.

Satu hektar tanah butuh 400 bibit lengkeng

1x Panen dlm 1ha di th ke 3 = 20kg x 400bh x Rp.10.000 = Rp.80.000.000

1x Panen dlm 1ha di th ke 5 = 50kg x 400bh x Rp.10.000 = Rp.200.000.000Jika kini anda mengharapkan bibitnya,

(sumber: http://buahlengkeng.nusaadv.com)


Read Full Post »